PURWOREJO, iNewsPantura.id – Dalam rangka memperingati Hari Puisi Indonesia (HPI) 2025, Kelompok Peminat Seni Sastra (Kopisisa) Kabupaten Purworejo menggelar Pagelaran Baca Puisi Outdoor bertajuk Parade Puisi Parodi Demokrasi di Taman Wisata Heroes Park, Desa Kedungsari, Kecamatan Purworejo, Minggu (27/7/2025).
Kegiatan ini melibatkan sejumlah pegiat seni sastra lintas generasi dari Kabupaten Purworejo. Sejumlah nama senior seperti Soekoso DM, Maskun Artha, Junaedi Setiyono, Dulrokhim, dan Ustadji PW turut tampil bersama para penyair muda. Mereka membacakan karya masing-masing yang telah dihimpun dalam sebuah buku antologi puisi terbitan Kopisisa.
Menurut Soekoso DM, kegiatan ini bertujuan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap sastra. Sebanyak 20 sastrawan tampil dalam parade puisi tersebut. “Kami sengaja mengajak para tokoh sepuh untuk tampil membaca karya sendiri. Buku antologi ini kami susun dari karya mereka,” ungkapnya.
Soekoso menjelaskan, Hari Puisi Indonesia diperingati setiap 26 Juli. Sebagai pelaku seni, ia merasa kegiatan seperti ini penting untuk terus digelar. “Alhamdulillah meski hanya dipersiapkan selama 10 hari, acaranya berjalan lancar dan menarik perhatian pengunjung taman,” ujarnya.
Dalam pagelaran tersebut, Soekoso tampil sebagai penutup dengan membacakan puisi berjudul "Ketika Wayang Jadi Dalang". Puisi lima alinea tersebut terinspirasi dari keresahan dalang Ki Sutarko Hadiwacono saat pentas di Ngombol dan Grabag.
“Wayang sering kali dianggap identik dengan limbukan, dangdut, dan hiburan lain. Ki Sutarko justru mencoba mempertahankan pakem pewayangan, tapi malah dilempari lemper oleh penonton yang kecewa. Keresahan itu saya tuangkan dalam puisi ini,” tuturnya.
Soekoso menambahkan, tema parodi demokrasi dipilih karena menggambarkan kondisi masyarakat saat ini. “Seolah-olah wayang sudah jadi dalang. Bertindak sesuka hati, mirip dengan perilaku banyak orang sekarang. Morak-marik,” tegasnya.
Ia berharap kegiatan seperti ini bisa menjadi agenda tahunan. Kopisisa sendiri telah merancang sejumlah kegiatan sastra ke depan, termasuk lomba cipta dan baca puisi, diskusi sastra, hingga bedah buku yang bisa bekerja sama dengan perpustakaan daerah.
Salah satu peserta muda, Permata Asta Fridatama (15), warga Pangen Juru Tengah, mengaku antusias bisa tampil dalam kegiatan tersebut. “Saya sangat senang dan bangga. Ternyata saya peserta termuda. Awalnya diajak Pak Dulrokhim, dan ini jadi pengalaman yang sangat berharga untuk melatih kepercayaan diri,” ujar siswa SMA Negeri 1 Purworejo itu.
Dalam kesempatan itu, Permata membacakan puisi berjudul "Maafkan Aku Penghakiman Gadis Pendosa" yang berisi pesan moral bagi perempuan Indonesia. “Saya ingin perempuan-perempuan hebat Indonesia juga didengar. Negara ini bukan hanya milik pria-pria hebat, tetapi juga milik perempuan-perempuan luar biasa,” tandasnya.
Editor : Suryo Sukarno
Artikel Terkait