SEMARANG,iNewsPantura.id - Di tengah dunia yang kini serba tersambung dengan jaringan internet, ada seutas tali yang justru menghubungkan hati anak-anak RW 10 Kelurahan Ungaran.
Tali itu bukan sembarang tali, tapi bagian dari permainan klasik bernama Telepon Kaleng permainan yang kini hidup kembali berkat sentuhan mahasiswa KKN Universitas PGRI Semarang (UPGRIS).
Sore itu, tawa anak-anak pecah di antara dua kaleng bekas susu yang dihubungkan tali panjang. Mereka tampak antusias mencoba berbicara dan mendengar lewat kaleng sederhana itu.
Bukan sinyal 5G yang menghubungkan mereka, melainkan getaran suara, rasa penasaran, dan kebersamaan yang hangat.
Menurut Riko Pradana Dwinosa, Koordinator Desa KKN UPGRIS Kelurahan Ungaran Telepon kaleng bukan sekadar mainan, ini adalah cara sederhana mengenalkan sains, komunikasi, dan nilai kerja sama pada anak-anak dengan cara yang menyenangkan.
Permainan yang dulu menjadi ikon masa kecil kini seolah menemukan rumah baru. Melalui program edukatif yang mereka rancang, mahasiswa KKN berusaha mengingatkan bahwa belajar tak selalu harus lewat layar kadang cukup dengan tali, dua kaleng, dan banyak tawa.
Lebih dari sekadar nostalgia, kegiatan ini menjadi jembatan antara generasi. Anak-anak belajar tentang komunikasi dan eksperimen, sementara orang tua tersenyum mengenang masa kecil mereka yang sederhana namun penuh makna.
Program ini juga menjadi pengingat bahwa teknologi tidak harus menghapus tradisi. Justru, keduanya bisa berjalan berdampingan dengan permainan tradisional seperti telepon kaleng menjadi ruang kecil bagi anak-anak untuk merasakan dunia nyata.
Editor : Eddie Prayitno
Artikel Terkait