Seribu Penari Hujan-Hujanan Bersama Bupati Agus Gondrong dalam Prosesi Kirab Boyong Menoreh

Didik Dono Hartono
Seribu Penari Hujan-Hujanan Bersama Bupati Agus Gondrong dalam Prosesi Kirab Boyong Menoreh. Foto : iNewsPantura.id / Didik Dono

TEMANGGUNG , iNewsPantura.id – Hujan deras yang mengguyur wilayah perkotaan Temanggung tak sedikit pun menyurutkan kemeriahan prosesi Kirab Boyong Menoreh pada Minggu (9/11). Tradisi napak tilas tersebut merupakan salah satu agenda penting rangkaian Hari Jadi ke-191 Kabupaten Temanggung.

Dipimpin Bupati Temanggung, Agus Setyawan, prosesi kirab Boyong Menoreh dimulai dengan penyerahan pataka di Halaman Masjid Jetis, Parakan. Dilanjutkan jalan kaki sejauh 3 kilo meter menuju eks Gedung Kawedanan. Kemudian rombongan yang terdiri dari unsur Forkompimda hingga lintas OPD ini mampir sejenak di Kantor Kecamatan Bulu disambut para kepala desa
.
Hampir tiba di kawasan Pandean, tari massal 1.000 penari siap menyambut. Namun beberapa menit kemudian, langit mendung tiba-tiba menjatuhkan hujan deras yang mengguyur lokasi.

Bukannya berteduh atau menggunakan payung, Bupati Agus Gondrong justru tetap melanjutkan prosesi sakral tersebut bersama para penari Jaran Kepang, Topeng Ireng, hingga Soreng, kendati pakaian yang ia kenakan basah kuyup

Dilanjutkan mengelilingi Alun-alun dengan disambut hadroh dan berakhir di Pendopo Pengayoman sebagai tempat penyimpanan pataka atau panji Kabupaten Temanggung. 

“Datangnya hujan ini semoga menjadi tanda berkah dan kemakmuran bagi masyarakat Kabupaten Temanggung,” harapnya.

Seolah tak ingin pakaiannya basah sendiri. Agus Gondrong juga mengajak para seniman dan penari untuk tetap melanjutkan aksi mereka, kendati air langit yang kian deras tak berhenti mengguyur.

“Joget terus enggak apa-apa,” ajaknya.

Boyong Menoreh sendiri merupakan sebuah prosesi sakral yang diperingati jelang Hari Jadi Kabupaten Temanggung setiap tahunnya. Agenda tersebut menggambarkan peristiwa bersejarah perpindahan ibu kota atau pusat pemerintahan dari Kota Parakan ke Kota Temanggung kala itu.

Dahulu, wilayah di lereng Gunung Sumbing-Sindoro-Prahu memiliki nama Kabupaten Menoreh. Kemudian, setelah pecah Perang Diponegoro, terjadi suksesi pemerintahan. 

Sehingga Bupati Raden Ngabehi Aria Djojonegoro lewat resolusi Pemerintah Hindia Belanda Nomor 4 Tanggal 10 November 1834, memindahkan ibu kota yang kemudian diberi nama Kabupaten Temanggung.

“Mari kita bergandengan tangan untuk bersama-sama menjadikan jejak sejarah menjadi sebuah refleksi semangat dalam menyongsong Kabupaten Temanggung yang lebih baik di masa mendatang,” pintanya. 

Editor : Suryo Sukarno

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network