PEKALONGAN - Jajaran pemerintah baik Pemkot Pekalongan dan Pemprov Jateng siap berkolaborasi dengan anak-anak muda Pekalongan untuk menghadapi ancaman krisis iklim.
Hal tersebut mengemuka dalam diskusi atau talk show bertema Kolaborasi Bareng Pemuda Perubahan Iklim yang digelar Kemitraan atau Partnership bagi Tata Kelola Pemerintahan Indonesia di Bandungan, Semarang, Selasa (6/7).
Wakil Walikota Pekalongan, Salahudin mengatakan, seperlima wilayah Kota Pekalongan saat ini sudah terkena banjir rob. Dengan kondisi yang ada, masyarakat Kota Pekalongan harus memiliki kemampuan beradaptasi karena dampak perubahan iklim seperti banjir rob sekarang ini tidak bisa dihindari.
Dirinya mengungkapkan, penanganan dampak perubahan iklim tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja karena keterbatasan yang dimiliki. Tapi juga harus melibatkan elemen lainnya seperti anak-anak muda.
'' Anak anak muda harus tahu dan mau melakukan gerakan penyelamatan lingkungan. Pemkot Pekalongan siap jika diajak untuk berkolaborasi dengan anak anak muda Pekalongan untuk menyelamatkan Kota Pekalongan dari ancaman dampak perubahan iklim,'' katanya.
Salahudin menambahkan, semua potensi harus bisa diajak kolaborasi. Termasuk bagaimana anak anak muda berkolaborasi dengan Pemkot, Pemprov, dan pemerintah tingkat nasional. Dia mencontohkan bagaimana peran anak muda bisa berbagi peran. ''Ada pemuda yang bergerak di media melakukan kampanye misalnya. Ada yang bergerak melakukan penanaman mangrove atau ada yang di bidang perikanan dan pengurangan sampah,'' katanya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah Widi Hartanto menyatakan, ancaman dampak perubahan iklim telah nyata secara internasional. Di Jawa Tengah, beberapa daerah yang terkena dampak cukup parah misalnya Kabupaten / Kota Pekalongan, Semarang dan Demak. Pihaknya menyatakan kesediaannya jika diajak berkolaborasi dengan anak muda dari Kota Pekalongan untuk mengatasi dampak perubahan iklim.
''Kami dari Pemprov juga siap diajak berkolaborasi. Misalnya dalam penanganan mangrove untuk menyelamatkan lingkungan. Untuk bibit misalnya tidak usah khawatir, kita siapkan berapapun kalau anak anak muda Pekalongan minta bibit,'' katanya.
Widi menjelaskan, banyak inisiatif kolaborasi yang bisa dilakukan anak-anak muda untuk menyelamatkan daerahnya dari ancaman perubahan iklim. Misalnya tersambung dengan pelaku usaha karena mereka juga banyak yang peduli dalam gerakan penyelamatan lingkungan.
Direktur Eksekutif Kemitraan Laode M Syarif mengungkapkan apresiasinya terhadap pertemuan antara generasi muda dan perwakilan pemerintah. Dialog antara perwakilan Pemerintah Kota Pekalongan dan provinsi Jawa Tengah dengan peserta Kobar Pekalongan, kata dia, merupakan langkah awal yang sangat penting untuk menunjukkan adanya upaya pembuat kebijakan melibatkan anak muda dalam menghadapi krisis iklim.
'' Semoga kelak kebijakan tentang iklim yang dibuat pemerintah setempat juga memperhatikan suara-suara anak muda di lapangan,'' tegasnya.
Editor : Hadi Widodo