SALATIGA, iNews.id – 1 Muharam sebagai tahun baru Islam bertepatan dengan bulan Syuro. Sebagian masyarakat Jawa menganggap Bulan Syuro sebagai bulan yang sakral. Mereka memanfaatkan bulan ini dengan menjamas (membersihkan) pusaka menjadi bagian dari menjaga tradisi dari leluhur.
"Menjamas keris merupakan bagian dari kearifan lokal, tradisi dari leluhur. Dan ada nilai filosofi dari tradisi menjamas itu,“ ujar pemerhati keris, Dekan Bawono (48) warga Domas, Sidorejo, Kota Salatiga Sabtu (30/7/2022).
Menurut Dekan, membersihkan keris sebaiknya tidak hanya di bulan sura saja. Jika sudah kotor dan muncul karat sebaiknya cepat dibersihkan. Namun karena sudah menjadi tradisi, maka sebagian orang yang memiliki pusaka menjamas keris pada bulan sura.
"Sebenarnya tujuan membersihkan keris itu supaya tidak karat dan korosi. Karena jika karat dan korosi, maka keris itu lama-lama akan keropos. Bila rusak maka unsur seni dan keindahannya otomatis akan hilang,” ujarnya.
Menurut Dekan untuk membersihkan keris, tergantung tingkat korosinya. Bila hanya kotor dan korosi sedikit, maka cukup dibersihkan dengan kain lap, kuas dengan dicampur minyak.
Namun bila korosinya parah, bisa direndam dulu ke dalam air kelapa. Kemudian setelah karatnya rontok, dibilas dengan jeruk nipis. "Selanjutnya dicuci dengan air dan diminyaki," ucapnya.
Mengenai minyak yang dipakai, Dekan menyebut tergantung dari pemiliknya sendiri.
"Sebenarnya, minyak untuk membersihkan keris bisa membuat sendiri dengan bahan baku minyak goreng. Minyak tersebut justru bagus karena awet dan tidak merusak bilah," ujarnya
Memberi minyak pada keris agar selalu bersih, dan awet. Bila awet, seni dan keindahanya terjaga dan bisa diwariskan ke anak cucu sehingga tidak punah.
Rakyat Indonesia harus berbangga memiliki warisan keris buatan para empu. Karena selain wayang dan batik, senjata asli nusantara ini sudah diakui secara resmi oleh UNESCO, lembaga PBB yang mengurusi budaya.
"Wayang, keris dan batik sudah diakui oleh UNIESCO sebagai warisan budaya dunia,” katanya.
Dikatakannya, keris sebagai warisan budaya dunia bukan sesuatu yang berlebihan. Sebab di dalam sebilah keris banyak nilai-nilai budaya, seni dan filosofi yang bisa dipetik. Karena keris tidak hanya sekedar senjata tajam saja. Di dalam keris ada nilai filosofis, budaya, religi dan sebagainya.
"Teknik nenek moyang kita ( empu pembuat keris) meski sederhana namun sudah luar biasa, karena sudah bisa meleburkan baja, besi, dan titanium yang memiliki titik lebur yang berbeda-beda ke dalam keris. Inilah kelebihannya yang tidak dimiliki oleh bangsa lain pada massanya,” ujarnya.
Setiap bilah keris, baik yang lurus atau yang lekuk memiliki nama (dhapur) yang berbeda. Setiap nama itu mengandung arti filosofi dan makna yang berbeda pula.
Demikian pula pamor (corak) putih di bilah keris juga memiliki nama yang berbeda sesuai dengan gambar atau bentuknya.
Misalnya ada pamor yang bentuknya mirip kulit semangka, maka disebut pamor kulit semongko. Ada juga mirip daun blarak (daun kelapa), maka disebut pamor blarak dan sebagainya. ”Itulah keunikan keris,” tuturnya.
Editor : Hadi Widodo