JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR Mulyanto menuai pertanyaan setelah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyebut bahwa Tesla telah menekan kontrak pembelian nikel di Indonesia.
Mulyanto mengatakan transaksi yang terjadi adalah pihak Tesla dengan perusahaan China yang berdiri di Indonesia. Bukan dengan perusahaan Indonesia langsung.
"Karena faktanya Tesla itu bertransaksi dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co dan CNGR Advanced Material Co. Keduanya perusahaan China yang berdiri di Indonesia,” kata Mulyanto, Rabu (11/8/2022).
Menurutnya, material yang dijual-belikan dalam kontrak tersebut merupakan sumberdaya alam Indonesia (nikel). Namun karena sudah menjadi wilayah pengelolaan perusahaan China maka Indonesia tidak dapat mengambil nilai lebih lagi.
"Kecuali kalau Tesla bangun pabrik baterai atau mobil listrik di kita. Ini akan berbeda nilai tambahnya bagi kita," sambungnya.
Menurutnya Pemerintah harus betul-betul segera membuat pabrik untuk hilirasi nikel, sehingga sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia bisa mempunyai nilai tambah yang lebih besar.
Anggota Legislatif Fraksi PKS itu minta Menko Marves untuk segera menjelaskan kenapa Tesla lebih memilih bertransaksi dengan perusahaan China daripada dengan Pemerintah Indonesia selaku pemilik wilayah eksplorasi nikel yang dijual-belikan.
Sebelumnya Perusahaan milik Elon Mask itu sudah meneken kontrak dengan perusahaan pengolah nikel di Indonesia. Dalam kesepakatan senilai 5 miliar dollar AS atau sekitar Rp74,3 triliun.
Kontrak antara Tesla dengan perusahaan pengolah nikel yang beroperasi di kawasan Morowali, Sulawesi Tengah itu akan berlaku selama 5 tahun. Nikel tersebut nantinya akan menjadi bahan yang digunakan Tesla untuk baterai lithium kendaraannya.
Editor : Hadi Widodo