get app
inews
Aa Read Next : Pilkada 2024, KPU Kota Pekalongan Tetapkan 232.247 Pemilih sementara

Menjaga Kerukunan Antarumat Beragama Lewat Cara Pandang Esoteris

Minggu, 14 Agustus 2022 | 09:41 WIB
header img
Amat Zuhri, dosen Filsafat UIN Gus Dur saat menyampaikan paparannya tentang relasi Agama dan Budaya dalam Dialog Kerukunan FKUB Kota Pekalongan di Gedung TP PKK Kota Pekalongan (Sabtu, 13/8/2022).

PEKALONGAN, iNewspantura.id – Munculnya kelompok-kelompok agama tekstual dalam kurun beberapa tahun ini telah berkontribusi besar bagi keringnya pemaknaan ajaran agama. Hal itu diungkap dosen filsafat Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahmad Wahid (UIN Gus Dur), Amat Zuhri, dalam dialog kerukunan yang diprakarsai Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Pekalongan, Sabtu (13/8/2022) di Gedung TP PKK Kota Pekalongan.

Secara masif, kelompok-kelompok tersebut muncul di berbagai media sosial. Mereka terus menyuarakan tafsir mereka tentang ajaran-ajaran agama yang didasarkan pada pemaknaan yang tekstual. Akibatnya, pemaknaan ajaran agama cenderung hitam-putih dan terkesan memberi jarak pemisah antara satu kelompok agama dengan kelompok lainnya.

“Kelompok-kelompok tekstual ini kerap memberi batas yang terlalu kaku. Istilah-istilah yang mereka gunakan juga berpeluang menimbulkan masalah bagi kehidupan bermasyarakat, terlebih di dalam masyarakat yang plural ini,” ujar Zuhri.

Selain itu, Zuhri melihat, kemunculan kelompok tekstual tersebut di media-media sosial tidak jarang pula memaksakan tafsir mereka sebagai kebenaran yang absolut. Bahkan, kelompok ini menolak kebenaran lain yang ditawarkan oleh kelompok yang berbeda dengan mereka.

“Cara pandang yang mereka gunakan adalah cara pandang eksoteris. Yaitu, melihat dan menilai segala sesuatu dari aspek yang tampak di permukaan. Padahal, apabila mereka mau memperdalam pemikiran mereka menuju pada cara pandang esoteris atau istilah lainnya tasawuf, mereka akan memandang dunia ini sebagai sebuah keindahan dengan keanekaragaman yang ada di sekelilingnya,” terangnya.

Melalui cara pandang esoteris, menurut Zuhri, pelaksanaan ajaran agama tidak bersifat kaku, terutama di dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Orang akan cenderung memahami dan berupaya mengerti bahwa perbedaan yang terjadi di dalam hidup bermasyarakat merupakan keniscayaan yang tidak bisa ditolak.

Oleh sebab itu, pandangan esoteris sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat saat ini. Terutama, bagi upaya menjalin dan meperkokoh kerukunan antarumat beragama di dalam perikehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan cara pandang ini pula, relasi agama dan budaya dapat dipahami dan dimengerti. “Agama, bagaimanapun, pada akhirnya akan melahirkan budaya-budaya. Karena di dalam agama ada fondasi tentang nilai-nilai paling dasar tentang bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupannya,” tandas Zuhri.

Editor : Ribut Achwandi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut