get app
inews
Aa Text
Read Next : Dewan Soroti Delapan Jabatan Kepala Dinas Kosong di Pemkot Semarang 

Banjir Meluas di Semarang Timur, DPRD Sebut Sabuk Pantai Sebagai Biang Kerok

Kamis, 30 Oktober 2025 | 13:14 WIB
header img
Anggota Komisi C DPRD Kota Semarang, Nunung Sriyanto. Foto : iNewsPantura.id/ Dimas Yuli

SEMARANG, iNewsPantura.id – Persoalan banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kota Semarang selama lebih dari sepekan terakhir mendapat perhatian serius dari kalangan legislatif. Anggota Komisi C DPRD Kota Semarang, Nunung Sriyanto, menilai kawasan timur Kota Semarang menjadi wilayah yang paling parah terdampak, terutama di Genuk, Tambakrejo, Trimulyo, dan Muktiharjo Kidul. 

Menurut Nunung, genangan terjadi sangat cepat meski hujan hanya turun beberapa jam. Kondisi tersebut disebabkan perubahan pola aliran air dari wilayah atas yang kini lebih lancar ke hilir setelah adanya normalisasi jembatan Nogososro. 

“Masalahnya, debit air dari atas sekarang mengalir sangat cepat ke bawah karena jembatan-jembatan di kawasan itu sudah ditinggikan. Akibatnya, air menumpuk di wilayah Muktiharjo Kidul,” ujarnya, Rabu (29/10/2025). 

Nunung menjelaskan, air kiriman dari wilayah hulu seharusnya bisa langsung mengalir ke laut. Namun, keberadaan sabuk pantai membuat aliran tertahan dan bergantung pada pompa air yang kapasitasnya masih terbatas. 

“Pemerintah sebenarnya sudah berupaya mengatasi hal ini dengan membangun embung dan sabuk pantai. Progresnya sudah berjalan, dan ditargetkan selesai sekitar tahun 2027,” katanya. 

Politikus Partai Gerindra dari daerah pemilihan Semarang Timur itu juga mengapresiasi langkah cepat Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, yang aktif turun ke lapangan memantau kondisi banjir. 

“Ibu Wali luar biasa. Hampir setiap hari beliau turun ke lokasi banjir. Bahkan, tadi malam sampai jam tiga dini hari masih memantau kondisi di Muktiharjo,” ungkapnya. 

Nunung menilai, salah satu persoalan utama banjir adalah pompa air yang belum berfungsi maksimal. Beberapa unit, kata dia, masih rusak dan perlu perbaikan segera. 

“Pompa yang ada sebenarnya cukup, tapi ada yang macet dan belum optimal. Pemerintah kota sudah memprioritaskan perbaikan pompa agar kawasan rawan banjir bisa lebih cepat kering,” jelasnya. 

Ia juga menyebut pembangunan embung besar di Kaligawe dan Genuk menjadi harapan baru bagi warga Semarang Timur untuk menampung air kiriman dari wilayah atas sehingga potensi banjir bisa ditekan. 

“Untuk banjir tahun ini sebenarnya sudah lebih baik dari sebelumnya. Di Tlogosari misalnya, genangan tidak separah tahun lalu. Namun Muktiharjo masih jadi tumpuan air dari berbagai wilayah,” tuturnya. 

Selain persoalan aliran air, Nunung turut menyoroti buruknya sistem drainase di sejumlah kawasan. Banyak saluran air yang tertutup bangunan pribadi seperti ruko, sehingga menghambat pembuangan air. 

“Drainase di pinggir Kali Tlogosari Kulon banyak yang tertutup. Padahal kalau salurannya lancar, air bisa cepat surut. Ini perlu penertiban karena dampaknya dirasakan masyarakat luas,” tegasnya. 

Ia juga menilai tingginya sedimentasi menjadi faktor penghambat aliran air. Namun, menurutnya, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) sudah bekerja cukup baik dengan rutin melakukan pembersihan dan pengerukan. 

“Petugas lapangan atau pasukan bebek selalu turun ke saluran untuk membersihkan lumpur dan sampah. Jadi pelayanan sudah bagus, tinggal percepatan agar hasilnya lebih terasa,” ujarnya. 

Nunung optimistis dengan kerja sama antara Pemkot Semarang, BBWS, dan pemerintah pusat, target dalam RPJMD tahun 2027, yaitu Semarang bebas banjir, bisa tercapai. 

“Kalau semua program berjalan sesuai rencana, saya yakin 2027 nanti Semarang bisa bebas dari banjir,” pungkasnya.

Editor : Suryo Sukarno

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut