Ki Dirjan yang berperangai baik itu pun mengizinkan. Bahkan, ia juga dengan sukarela berniat membantu upaya Sunan Kalijaga menghadapi kakaknya. Apalagi, Ki Dirjan sangat paham betul kelemahan kakaknya itu.
Berangkatlah keduanya menghadap Ki Sastro. Saat kedua kubu saling berhadapan, perang di antara kedua kelompok ini pun berlangsung sengit. Ki Sastro, selain mengerahkan warga desa yang dipimpinnya, juga mengerahkan ilmu kanuragannya. Tetapi, ia lengah, adiknya memiliki kemampuan untuk menangkal dan melemahkan kekuatan itu. Dan, atas bantuan itulah Sunan Kalijaga lantas dapat memenangi perang.
Sesuai perjanjian pula, kekalahan Ki Sastro harus dibayar dengan memberi izin kepada Sunan Kalijaga beserta rombongannya untuk menyebarkan Islam di desa itu. Atas izin itu Sunan Kalijaga dapat melakukan tugasnya dengan leluasa. Dengan gaya dakwahnya yang khas, yaitu melalui media pertunjukan wayang kulit, ia sebarkan agama Islam di desa itu. Penduduk pun merasa senang dengan metode dakwahnya. Berbondong-bondong mereka akhirnya memeluk agama Islam.
Melihat caranya menyebarkan Islam, Ki Dirjan pun merasa senang. Bahkan, persahabatannya dengan Ki Dirjan pun semakin baik. Sampai pada suatu saat, Sunan Kalijaga berkunjung ke kediaman Ki Dirjan. Saat itu, tanpa sengaja, Sunan Kalijaga bertemu seorang gadis kembang desa yang tak lain adalah anak angkat Ki Dirjan. Namanya, Dewi Suci.
Usut punya usut, Sunan Kalijaga rupanya jatuh hati pada putri Ki Dirjan. Lantas, ia meminta izin kepada Ki Dirjan untuk meminang putrinya. Dengan tangan terbuka, Ki Dirjan menerima lamaran itu. Dinikahkanlah putrinya dengan Sunan Kalijaga.
Editor : Ribut Achwandi