Anak cucu Ibnu Muljam Berkembang di Indonesia

Hadi Widodo
Anak cucu Ibnu Muljam Berkembang Biak di Indonesia (Foto: Okezone)

Dia dengan bengis menebaskan pedangnya kepada Ali bin Abi Thalib. Ditebas ketika Ali sedang bersujud. Padahal Ali adalah orang yang mencintai dan dicintai Kanjeng Rasul. Dalam soal pemahaman keagamaan, boleh dibilang Ali adalah orang yang paling memahami Islam setelah Rasulullah.

Ibnu Muljam telah lama mati. Tapi cara berfikirnya diwarisi sampai saat ini. Cara berfikir kaum Khawarij. Mereka yang selalu merasa benar sendiri sambil memamerkan ibadah ritualnya untuk menakut-nakuti orang.

Dari semangat Khawarijme inilah lahir pemahaman Wahabi pembawa misi Ibnu Muljam baru.

Ibnu Muljam abad ini lahir dan berkembang biar. Mereka yang kemana-mana membawa kerusakan. Yang selalu membuat keributan dengan alasan ingin menegakkan hukum agama.

Cirinya, mereka sibuk dengan ibadah ritual. Sibuk dengan simbol-simbol beragama. Mereka mudah mengkafirkan orang lain, sangat membenci perbedaan dan merasa paling Islam sendiri. Mereka merasa telah memegang kunci surga. Padahal mereka sejenis iblis dengan jubah kesalehan.

Ibnu Muljam sekarang mungkin berwajah ISIS yang membawa nama Allah untuk membantai manusia lainnya. Mungkin berwajah para teroris yang membawa bom bunuh diri untuk menghancurkan siapa saja yang dianggap kafir. Mungkin berwajah bigot, yang gampang teriak kopar-kapir.

Mungkin mereka yang bertakbir untuk menakut-nakuti orang lain. Mungkin juga berwajah ahli ibadah yang merasa paling sholeh dan mudah mensesatkan orang lain.

Mereka bangga dengan kesalehan ritual, tetapi begitu gampang membenci manusia lain. Mereka sibuk dengan ibadah kepada Tuhan, tetapi lupa berbuat baik kepada lingkungannya.

Ibnu Muljam-Ibnu Muljam baru kini makin banyak jumlahnya di sekitar kita. Merekalah yang akan menjadikan agama rahmatan lil alamin menjadi ajaran kekejian. Merekalah yang setiap hari berteriak penuh kemarahan. Semakin mereka beribadah, orang menjadi semakin ngeri di dekatnya.

Ketika berkotbah, mereka gemar mencaci. Ketika berpartai mereka hobi menabur fitnah dan kebencian. Ketika berorganisasi mereka kerap membuat kekacauan dan kerusakan. Ketika bernegara mereka hendak menghancurkannya.

Mereka memimpikan surga di akhirat. Tetapi dalam kehidupan di dunia neraka melulu yang dibuatnya. Mereka berteriak, Ya Rahman, Ya, Rahim. Tetapi kebencian melulu yang ditebarkan. Mereka ngaku berzikir, tetapi zakar juga yang dipikirkan.

Setiap Ramadhan kita akan selalu mengenang syahidnya seorang putra Abu Thalib yang seluruh hidupnya dibaktikan untuk kebenaran. Yang dari lisannya mengalir mutiara-mutiara hikmah. Yang dari tangannya keadilan ditegakkan. Yang dari fikirannya, kegelapan disingkapkan.

Dunia dihiasi oleh kematian-kematian yang indah. Sejarah mencatat, tebasan pedang di saat subuh pada Ramadhan itu, membawa kematian yang indah bagi Imam Ali.

Editor : Hadi Widodo

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network