Pondok Pesantren Jadi Benteng Cegah Radikalisme dan Intoleran

Suryono Sukarno
Kasubdit 5 Ditintelkam Polda Jateng AKBP Mashudi memebrikan pengarahan dalam acara pencegahan radkalisme di Ponpes. Foto: iNewsPantura.Suryono Sukarno

KARANGANYAR, iNewsPantura.id – Sinergi TNI Polri dengan pemerintah daerah dan lembaga pendidikan seperti pondok pesantren menjadi hal penting dalam membentengi generasi muda terhadap bahaya intoleransi dan radikalisme.

Pasalnya derasnya informasi di era digitalisasi seperti sekarang ini membuat generasi muda sangat rentan terpapar paham intoleransi dan radikalisme.Hal itu terungkap dalam dialog bertemakan Upaya Peningkatan Wawasan Kebangsaan Guna Membentengi Santriwan Santriwati dan generasi milenial dari paham intoleransi dan radikalisme yang digelar di Ponpes Isy Karima Tawangmangu Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah baru-baru ini.

Hadir sebagai nara sumber dalam kegiatan tersebut diantaranya Kasubdit 5 Ditintelkam Polda Jateng AKBP Mashudi, Analis Kebijakan Ahli Muda Sub Koordinator Ideologi dan Wawasan Kebangsaan Kesbangpol Provinsi Jateng Widi Nugroho, dan Ust Afif Najarudin, selalu Direktur Ma’had Isy Karima.

Kasubdit 5 Ditintelkam Polda Jateng AKBP Mashudi dalam laporannya menyampaikan bahwa materi wawasan kebangsaan sangat penting untuk diberikan kepada santriwan santriwati agar menjadi bekal saat kelak nanti lulus dari pondok pesantren. “Sudah menjadi tanggungjawab kita sebagai anak bangsa untuk menjaga keutuhan NKRI,” ujarnya dihadapan santriwan santriwati yang mengikuti kegiatan ini.

Menurutnya, proses recruitmen santriwan santriwati di Ponpes Iys Karima dinilai sudah melalui proses yang baik. Artinya santriwan santriwati di Iys Karima memiliki akhlak dan kecerdasan yang luar biasa.“Makanya melalui pertemuan ini kami berharap santriwan santriwati begitu keluar ada yang mau menempuh pendidikan yang lebih tinggi atau bahkan masuk di TNI Polri karena sudah memiliki bekal yang luar biasa,” imbuhnya.

Pihaknya menjelaskan, kalau sudah memiliki akhlak dan pendidikan yang bagus, diharapkan generasi milenial ini dapat berperan serta dalam pencegahan dini paham radikalisme. “Kalau sudah memiliki pendidikan bagus, akhlak juga bagus, maka jangan sampai di masyarakat terpengaruh kelompok-kelompok yang mengotori santriwan santriwati,” jelasnya.

Menurutnya, radikalisme dilatarbelakangi pemahaman agama yang sempit dan keliru. Selain itu radikalisme juga dipengaruhi karena kesenjangan ekonomi, dendam politik, dan lainnya.“Fanatisme agama itu harus, tapi bukan dengan fanatisme itu kemudian memulai agama lainnya. Justru dengan fanatisme itu kita mengajak dan mengajari orang lain dengan kelembutan, bukan malah memusuhi,” terangnya.

Widi Nugroho mengutarakan, generasi milenial dan generasi Z merupakan generasi yang mudah menerima segala sesuatu yang ada di masyarakat.“Bibit masuknya paham radikalisme itu biasanya muncul dari sikap intoleran dan tidak menghargai perbedaan. Alhamdulilah disini di Iys Karima ini sangat menghargai perbedaan dan kebhinekaan,” tandasnya.

Dikatakan, semua orang termasuk generasi milenial harus menyadari bahwa Pancasila tidak turun dari langit, tetapi digali dari tanah Indonesia dan itu merupakan kristalisasi nilai-nilai yang ada di masyarakat Indonesia.“Ketika ada pihak yang mempertanyakan Pancasila kemudian akan mengganti dengan paham lainnya, itu ngajinya kurang jauh,” katanya.

Editor : Muhammad Burhan

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network