Inflasi Oktober 2025 di Banyumas Raya Terjaga Dalam Sasaran Target Nasional

Mas Sal
Pengendalian harga pasar yang dilakukan oleh pihak Pemda Banyumas dan Bank Indonesia perwakilan Purwokerto. Foto : iNewsPantura.id/ Mas Sal

PURWOKERTO, iNewsPantura.id – Kenaikan inflasi di wilayah Banyumas Raya didorong oleh peningkatan harga komoditas emas hingga pangan seperti telur ayam ras dan cabai merah. Kenaikan harga emas sejalan dengan meningkatnya permintaan emas sebagai aset safe-haven. Selain itu, keterbatasan pasokan telur ayam ras di tengah naiknya permintaan untuk pemenuhan kebutuhan Makan Bergizi Gratis (MBG), turut menjadi pendorong kenaikan harga komoditas pangan. 

Adapun kenaikan harga komoditas cabai merah yang turut menyumbang tekanan inflasi, disebabkan oleh turunnya produksi di tingkat petani. Lebih lanjut, faktor peningkatan inflasi bulanan wilayah Banyumas Raya juga merupakan implikasi dari adanya normalisasi tarif transportasi kereta api pasca pemberian diskon peringatan HUT KAI di bulan September.

Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Purwokerto, Christoveny Chasnaf, peningkatan inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh beberapa komoditas pangan yang mengalami deflasi, seperti kacang panjang, cabai rawit, dan terong dengan andil deflasi bulanan sekitar -0,01% (mtm) sampai dengan -0,02% (mtm).

"Deflasi tersebut seiring dengan permintaan yang cenderung menurun di tengah jumlah pasokan yang terjaga," ujar Christoveny.

Terkendalinya inflasi ini merupakan hasil dari sinergi yang erat dalam pengendalian harga di wilayah Banyumas Raya. 

Dalam upaya menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Banyumas Raya telah melakukan perluasan gerakan pangan murah, melakukan pelatihan diversifikasi produk olahan cabai, melaksanakan capacity building untuk meningkatkan kemampuan teknis tim TPID, serta fasilitasi distribusi pangan. 

"Ke depan, TPID Banyumas Raya akan terus memperkuat strategi 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi efektif) dalam kerangka Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Termasuk di antaranya pengembangan produksi pangan berbasis pesantren, pengembangan kelompok tani milenial, perluasan digital farming, penguatan kerja sama antar daerah (KAD), dan perluasan operasi pasar serta gelar pangan murah," tambahnya.

Kota IHK di wilayah Banyumas Raya, yakni Purwokerto dan Cilacap, mencatatkan inflasi pada Oktober 2025. Berdasarkan data BPS, inflasi tahunan Purwokerto sebesar 2,71% (yoy), meningkat dibandingkan inflasi pada September 2025 yang sebesar 2,52% (yoy).

Sejalan dengan Purwokerto, IHK Cilacap pada Oktober 2025 yang sebesar 2,95% (yoy) juga lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 2,81% (yoy). Secara bulanan, inflasi Purwokerto mengalami peningkatan dari 0,29% (mtm) menjadi 0,33% (mtm) pada Oktober 2025.

Sementara itu, realisasi inflasi bulanan Cilacap pada Oktober 2025 sebesar 0,33% (mtm), sedikit lebih rendah dibandinkan September 2025 yang sebesar 0,34% (mtm). Kendati meningkat, inflasi kedua kota IHK di Banyumas Raya pada Oktobe 2025 masih terjaga dalam sasaran inflasi tahunan (2,5±1%, yoy).

 Bank Indonesia Purwokerto berkomitmen untuk terus mengawal dan mendukung stabilitas harga di wilayah Banyumas Raya, tentunya melalui sinergi erat dengan pemerintah daerah, pelaku usaha, dan seluruh stakeholder terkait.

Editor : Suryo Sukarno

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network