Cara menyapih yang satu ini perlu diperhatikan agar anak tidak rewel. Pastikan Anda tidak menghentikan ASI secara mendadak. Sayangnya, hal ini kerap kali ditemui di masyarakat Indonesia.
Sebagai contoh, ibu menghentikan ASI secara tiba-tiba, misalnya dengan mengoleskan sesuatu yang pahit atau pedas pada puting payudara hingga anak enggan menyusu.
Hal ini tidak dianjurkan karena bisa menyebabkan gangguan psikologis pada anak. Bahkan, hal tersebut bisa menjadi peristiwa traumatis baginya. Oleh karena itu, lakukanlah penghentian ASI secara bertahap kepada anak Anda.
5. Mengurangi Jumlah dan Frekuensi ASI Bertahap
Menyambung pembahasan poin sebelumnya, cara menyapih anak sebaiknya dilakukan secara bertahap, yaitu dengan mengurangi jumlah dan frekuensi ASI secara bertahap.
Jika anak biasanya menyusu 4-5 kali sehari selama 15-20 menit, maka secara bertahap kurangi frekuensi menyusui menjadi 3-4 kali sehari beberapa hari. Setelah itu, berikan 2-3 kali selama beberapa hari, 1-2 kali selama beberapa hari, hingga akhirnya dihentikan.
6. Substitusi dengan Jenis Makanan Lain
ASI merupakan sumber utama nutrisi saat bayi berusia 0-6 bulan. Setelah itu, asupan nutrisinya perlahan didapat dari makanan lain, yaitu MPASI.
Pada usia 1 tahun, ASI hanya memberikan 30 persen untuk pemenuhan kebutuhan kalori harian anak.
Jadi, sebelum Anda menyapih anak, pastikan bahwa asupan nutrisinya dari berbagai jenis makanan tercukupi, misalnya makan utama dan makan selingan.
Pemberian susu UHT juga sudah diperbolehkan pada anak berusia 1 tahun ke atas.
7. Alihkan Perhatian Anak
Mengalihkan perhatian anak juga merupakan salah satu strategi keberhasilan proses penyapihan ASI.Jika anak mulai terlihat akan minta menyusu, usahakan untuk mengalihkan perhatiannya, misalnya dengan mengajaknya bermain, membacakan buku cerita, atau melakukan hal-hal lain yang dia sukai.
Berikanlah anak pelukan, ciuman kasih sayang, atau luangkan waktu bersama dengannya lebih banyak. Dengan begini, anak masih merasa diperhatikan dan disayang meski sudah berhenti menyusu. Hal ini penting untuk menjaga kestabilan kondisi mental anak selama proses penyapihan berlangsung.
8. Melibatkan Suami
Melibatkan pasangan Anda sangat menentukan keberhasilan dari proses menyapih itu sendiri. Walau tampaknya sepele, adanya dampingan dari suami membuat ibu merasa tak sendiri dan didukung. Apalagi proses menyapih biasanya membuat perasaan ibu lebih sensitif.
Jadi, saat anak mulai rewel, sang suami bisa bertindak untuk menenangkan anak, mengajaknya bermain, atau mengalihkan perhatian dengan melakukan aktivitas lainnya.
9. Tetap Sabar
Proses menyapih tentunya sulit untuk kedua belah pihak, baik ibu dan anak. Tidak ada cara mudah menyapih anak. Untuk itu, penting bagi orang tua untuk menjaga kesabaran.
Jangan memarahi anak apabila ia mulai rewel, meminta perhatian, maupun meminta untuk disusui. Selain itu, jangan mudah menyerah karena anak akan bingung apabila Anda tidak konsisten dalam proses penyapihan.
10. Perhatikan Respons Anak
Ingatlah bahwa cara menghentikan ASI tidak bisa secara langsung, Anda juga perlu memperhatikan respons anak. Respons anak akan berbeda-beda. Ada yang dapat menerima dan menjalani proses penyapihan dengan cepat, namun ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama.
Jika anak tidak menanggapi dengan baik, misalnya rewel, lakukan penyapihan secara lebih perlahan dan evaluasi kembali apakah langkah yang Anda lakukan sudah benar. Jangan lupakan juga adanya kemungkinan kondisi lain yang terjadi pada anak saat itu.
Nah, kini Anda telah mengetahui langkah-langkah agar proses penyapihan dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Semoga bermanfaat.
Editor : Hadi Widodo
Artikel Terkait