JAKARTA - Di tengah berkembangnya usaha kuliner dengan sarana digital kesempatan menjadi pengusaha kuliner atau foodpreneur terbuka lebar. Menjadi pengusaha besar ternyata tidak perlu modal hingga ratusan juta.
Guru Besar Ilmu Gizi IPB University, Hadinsyah mengatakan untuk mengembangkan bisnis kuliner, faktor terpenting adalah tekad.
Alasannya agar bisa melihat pasar dan bisa mengembangkan sisi unik produk.
Dia menerangkan bahwa cita rasa yang menggugah selera, keunikan dan layanan yang memuaskan pasti akan dicari konsumen.
Menurutnya, di tengah berkembangnya usaha kuliner dengan sarana digital, lanjutnya, kini masyarakat tidak perlu lagi mengunjungi restoran.
Apalagi pesanan makanan akan lebih mudah dipesan dan diantar kepada pelanggan.
“Bila banyak mahasiswa yang menyadari potensi pengembangan bisnis ini, maka akan memperbanyak jumlah foodpreneur dan entrepreneur di Indonesia. Sarjana boga, teknologi pangan hingga ekonomi dapat memulai terjun ke bisnis ini,” ujarnya dalam 'Webinar Pergizi Pangan Seri ke-103 Sulitkah Memulai Foodpreneurship dan Nutripreneurship? Mereka Bisa Kenapa Kamu Tidak?' melalui keterangan resmi yang diterima pada Rabu (29/6/2022).
Dia pun menjelaskan sejak 25 abad yang lalu, foodpreneur tidak lepas dari kebutuhan perut, pangan dan otak.
Sedangkan di zaman modern, kuliner tidak sekedar pemenuhan makanan. Pemilihan asupan makanan dapat menentukan kesehatan tubuh.
Di mana konsumen kini mementingkan rasa yang enak, namun masih nyaman di perut dan baik bagi kesehatan.
“Dalam mengembangkan foodpreneur harus mengutamakan terlebih dulu rasa enak di mulut. Berdasarkan penelitian, aspek sehat menjadi urutan kedua dan ketiga, yang penting enak. Jadi untuk memulai bisnis apapun di bidang pangan, yang utama adalah rasa enak,” jelasnya.
Dia menyarankan untuk mengembangkan bisnis sebagai foodpreneur sendiri daripada dipekerjakan orang lain.
Karena bisnis dapat dikelola sendiri dan bisa memiliki sistem kerja sesuai pilihan diri. Kini, tren sistem foodpreneur semi autopilot juga semakin berkembang.
Dia pun mengungkapkan kalau tren sistem foodpreneur semi autopilot juga semakin berkembang. Model bisnis ini menawarkan bisnis kuliner yang sudah tersedia online marketingnya dan dapat dilakukan sebagai pekerjaan sampingan.
Bisnis ini dapat dilakukan dengan hanya modal kecil sambil dapat bekerja sesuai bidang profesi.
Serta bisnis ini sangat cocok bagi generasi muda yang ingin mengembangkan usahanya di bidang pangan dengan modal kecil.
“Model bisnis ini dapat menghindari biaya sewa restoran yang tinggi, modal awal tinggi dan tidak perlu melayani konsumen di tempat,” jelasnya.
Dia juga yakin kalau ke depannya, permintaan konsumen terhadap makanan enak dan sehat akan semakin meningkat.
Potensi ini patut dimanfaatkan untuk pengembangan bisnis kuliner, terutama di wilayah Pulau Jawa dan Bali, dimana tren gaya hidup sehat semakin meningkat.
“Konsumen semakin perhatian terhadap keamanan pangan dan kualitas makanan, sehingga pebisnis kuliner juga harus menjaga sustainability produknya,” pungkasnya.
Editor : Hadi Widodo