Bupati Blora Tunda Penamaan Jalan Baru ,Pramoedya Ananta Toer
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2025/02/07/627a1_penamaan-jalan-pramoedya-ananta-toer.jpg)
BLORA, iNewsPantura.id – Dalam rangka peringatan seabad Pramoedya Ananta Toer, pemerintah pusat melalui Kementerian Kebudayaan telah merencanakan penamaan jalan baru dengan nama "Jalan Pramoedya Ananta Toer."
Namun, Bupati Blora, Arief Rohman, mengumumkan penundaan penamaan tersebut dengan alasan akan menyusun regulasi terlebih dahulu.
Penundaan ini muncul di tengah pro dan kontra mengenai penggunaan nama sastrawan nasional yang mendunia.
Salah satu kelompok yang menolak adalah Organisasi Masyarakat (Ormas) Pemuda Pancasila, yang dipimpin oleh Munaji.
Mereka mengajukan surat penolakan kepada Bupati Blora, dengan alasan bahwa Pramoedya memiliki sejarah keterlibatan dalam komunisme.
Ketika dikonfirmasi, Bupati Arief Rohman menegaskan bahwa penundaan penamaan jalan tidak ada kaitannya dengan penolakan dari Ormas Pemuda Pancasila.
Ia menyatakan bahwa pihaknya ingin mengkaji ulang dan membuat regulasi dengan merujuk pada daerah lain yang telah melakukan penamaan jalan dengan nama tokoh.
"Tidak ada hubungannya, kita akan sempurnakan dulu regulasinya", ujar Dr. H. Arief Rohman, Jumat 7 Februari 2025.
Terpisah Munaji, Ketua DPC Pemuda Pancasila Kabupaten Blora, mengapresiasi penundaan penamaan jalan baru tersebut.
Ia menjelaskan bahwa penolakan terhadap nama Pramoedya Ananta Toer sebagai nama jalan baru, dengan alasan berdasarkan data dari sejumlah intelgent bahwa sosok Pram memiliki sejarah keterlibatannya dalam pergerakan komunis.
"Kalau kalian tidak percaya, tanya itu kepada BIN, BAIS atau Kodim. Sejarah telah mencatat namanya sebagai tokoh Komunis", tegas Munaji.
Menurutnya, masih ada tokoh sejarah lain, seperti Tirto Adi Suryo, Bapak Pers Nasional yang berasal dari Blora, yang lebih pantas untuk dijadikan nama jalan.
"Atau Samin Surosentiko, Bupati Arief Rohman malah setuju, karena dalam kepemimpinannya jalan sudah bagus, meskipun masih ada kekurangan", tutupnya.
Editor : Suryo Sukarno