Noam Chomsky, seorang profesor linguistik asal Amerika Serikat, mengemukakan teorinya tentang penyebaran bahasa. Menurutnya, penyebaran bahasa seiring dengan penjelajahan manusia di dalam menemukan tempat nyaman dan aman untuk mereka huni. Namun, benarkah selalu begitu?
Berikut sekelumit ulasan mengenai persebaran bahasa Jawa di sejumlah negara di dunia. Setidaknya, di lima negara. Seperti diketahui, bahasa Jawa adalah sebutan bagi bahasa yang digunakan oleh suku Jawa, baik yang tinggal di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Tetapi, tahukah Anda, jika bahasa Jawa juga digunakan di negara lain? Lalu, di negara mana saja yang bahasa Jawa digunakan?
Negara ini menjadi bagian dari benua Amerika. Meski begitu, negara ini dikenal sebagai negara yang memiliki penutur Jawa dengan populasi yang lumayan banyak. Dahulu, saat penjajahan Belanda, orang-orang Jawa banyak yang dimigrasikan ke negara ini. Di negara ini, orang-orang Jawa yang dikirim oleh Pemerintahan Kolonial Belanda dijadikan pekerja.
Sejak saat itu orang Jawa banyak yang menetap di sana. Banyak pula yang akhirnya memilih menjadi warga negara tersebut, karena mereka tak bisa pulang ke kampung halaman mereka. Keberadaan mereka yang sampai beranak-cucu hingga bercicit itu membuat populasi orang Jawa di negara itu cukup berkembang.
Kerennya lagi, sebagian besar dari mereka masih memelihara budaya dan bahasa Jawa. Mereka masih menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana mereka berkomunikasi satu sama lain.
Tak anehlah jika kemudian banyak penutur Jawa di sana. Bahkan, mereka lebih fasih berbahasa Jawa dibandingkan bahasa Indonesia.
Atas fakta itu, negara Suriname akhirnya menjalin kerja sama dengan pemerintah Indonesia. Kerja sama itu, utamanya berkaitan dengan masalah bahasa dan budaya. Lebih-lebih, bahasa Jawa di Suriname telah diakui sebagai salah satu kekayaan budayanya.
Belanda
Tak beda jauh dengan Suriname, era penjajahan Belanda juga membuat migrasi orang-orang Jawa ke Belanda terjadi dalam jumlah yang banyak. Di negeri yang berjuluk Kincir Angin itu orang-orang Jawa menetap dan menikah dengan penduduk Belanda.
Tak ayal jika sejak saat itu pula koloni Indonesia atau koloni Jawa pun tumbuh dan berkembang di Belanda. Uniknya, hingga sekarang, bahasa Jawa merupakan bahasa yang paling diminati orang-orang Belanda. Malahan, salah satu universitas terkemuka di Belanda membuka jurusan bahasa Jawa. Banyak pula sarjana sastra atau bahasa Jawa jebolan universitas itu. Rata-rata mereka adalah orang Belanda.
Mungkin tak banyak orang tahu, bahwa sampai saat ini pengguna bahasa Jawa di Kaledonia Baru masih eksis. Wajar, karena letak pulau ini ada di kawasan Samudera Pasifik yang jauh dari pulau Jawa.
Mula asalnya, kuli dan buruh dari Jawa banyak yang dikirim ke pulau ini oleh pemerintah Kolonial Belanda. Sampai saat Indonesia merdeka, sebagian besar orang-orang Jawa yang dikirim ke Kaledonia Baru memilih untut menetap dan hidup di negara jajahan Perancis itu.
Jadilah mereka penduduk negara jajahan Perancis itu. Sebagian besar orang-orang tua di negeri itu masih fasih berbahasa Jawa. Sayangnya, anak-anak mudanya kini hanya mengenal bahasa Perancis.
Kampung Padang Jawa, Malaysia
Di negeri jiran, Malaysia, rupanya memiliki banyak penutur bahasa Jawa. Semula, orang-orang Jawa ini berpindah ke Malaysia untuk mendapatkan mata pencaharian baru di sana.
Sampai sekarang masih banyak warga negara Malaysia yang berdarah Jawa. Mereka juga masih menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi. Malahan, banyak pula ragam budaya yang serupa dikembangkan orang-orang Jawa di sana. Termasuk, aneka kulinernya.
Pulau Coco (Keling)
Terlepas dari eksistensi negerinya yang mungkin asing di telinga, namun siapa sangka jika ternyata penduduk pulau ini juga ada yang bisa menggunakan bahasa Jawa. Bahkan lambang negaranya menggunakan percampuran Jawa dan Melayu.
Terletak di daerah laut Hindia bagian barat, dulu orang Jawa dan Melayu dibawa ke daerah ini oleh koloni Inggris. Akhirnya sampai sekarang mereka menetap di sana.
Alhasil, 80 persen dari koloni di Coco Island adalah orang Jawa dan Melayu. Meskipun bahasanya sudah banyak mengalami perubahan, namun masih terasa Jawanya.
Editor : Ribut Achwandi