Lalu, pelan-pelan ia mulai bicara, "Begini, ya Rasul. Cukup lama aku menekuni dunia perniagaan. Aku juga telah menjelajah dari kota ke kota untuk melangsungkan usahaku ini. Tetapi, seiring waktu, usaha niaga yang aku jalankan ini bukannya menghasilkan keuntungan. Kian hari, usahaku kian terpuruk. Tidak hanya rugi, malah saat ini aku terancam bangkrut. Benar-benar aku mengalami hari-hari yang berat."
Di saat sahabat itu menjelaskan keadaannya, ia merasa sangat terheran. Bayangan yang semula menakutkan, karena ia merasa akan dipermalukan oleh keluh kesah itu, tak tampak pada diri Rasulullah. Malahan, sikap Rasulullah menunjukkan sebagai seorang pendengar yang baik, seorang sahabat yang mau mengerti. Beliau menyimak baik-baik setiap kata dan berusaha memahami apa yang dirasakan orang yang ada di hadapan beliau.
"Untuk itulah, aku kemari. Berharap ada setitik cahaya terang yang bisa aku petik dari kebijaksanaan ucapanmu, ya Rasul," pinta sahabat itu kepada Rasulullah .
Sebelum menjawab, Rasulullah mengajukan pertanyaan kepada sahabat itu, "Jika boleh aku tahu, apa yang kau dagangkan, saudaraku?"
Editor : Ribut Achwandi