Menurut dia, rumah ibadahnya dahulu cenderung lebih sering gelap, suram, dan dingin. Sementara di masjid terasa begitu nyaman, cerah, serta berwarna-warni. Sehingga, membuat para turis tertarik berkunjung dan mengambil beberapa potret di sana.
Tiba-tiba Idris mendengar suara azan yang begitu syahdu. Suara itu benar-benar membuatnya menangis. Padahal, dia tidak pernah mendengar azan sebelumnya, apalagi mengetahui artinya. Sejak saat itulah Idris mulai tertarik dengan agama Islam.
"Saya pikir itu adalah sesuatu yang indah. Azan itu adalah undangan dari Tuhan untuk datang dan beribadah," kata Idris.
Dia kemudian diajak berkeliling melihat-lihat masjid. Idris benar-benar merasakan suasana yang sangat berbeda dengan rumah ibadahnya dulu. Di masjid begitu terang, penuh cahaya, tidak ada patung ataupun lilin.
Semua Muslim yang datang juga selalu mengantre di belakang dengan rapi untuk sholat. Itu benar-benar pengalaman yang mengesanakan bagi Idris.
Editor : Hadi Widodo