Rasulullah kemudian bertanya orang tua itu. “Mengapa anakmu mengadukanmu? Apakah benar engkau ingin mengambil hartanya"?
Sang ayah yang sudah tua itu menjawab :“Tanyakan saja kepadanya, ya Rasulullah. Bukankah saya menafkahkan uang itu untuk beberapa orang ammati (Saudara ayahnya) atau khalati (Saudara ibu)-nya dan untuk keperluan saya sendiri"?.
Rasulullah bertanya lagi “Lupakanlah hal itu aku sedang tidak membahas hal tersebut. Sekarang ceritakanlah kepadaku apa yang engkau katakan di dalam hatimu dan tak pernah didengar oleh telingamu".
Maka wajah keriput lelaki tua itu pun menjadi cerah dan tampak bahagia. Dia berkata : “Demi Allah,Ya Rasulullah dengan ini Allah SWT berkenan menambah kuat keimananku dengan kerasulanmu. Memang saya pernah menangisi nasib malangku dan kedua telingaku tak pernah mendengarnya".
Rasulullah mendesak: “Katakanlah,aku ingin mendengarnya".
Orang tua itu berkata dengan air mata yang berlinang. "Aku membisikkan (Hati ini)". Aku mengasuhmu sejak bayi dan memeliharamu waktu muda. Semua hasil jerih payahku kau minum dan kau reguk puas, bila kau sakit di malam hari, hatiku gundah dan gelisah,
lantaran sakit dan deritamu, aku tak bisa tidur dan resah, bagai akulah yang sakit, bukan kau yg menderita, lalu air mataku berlinang-linang dan mengucur deras, hatiku takut engkau disambar maut, padahal aku tahu ajal pasti datang. Setelah engkau dewasa dan
mencapai apa yang kau cita-citakan, kau balas aku dengan kekerasan, kekasaran dan kekejaman, seolah kaulah pemberi kenikmatan dan keutama'an". “Sayang, kau tak mampu penuhi hak ayahmu, kau perlakukan aku seperti tetangga jauhmu, engkau selalu
menyalahkan dan membentakku, seolah-olah kebenaran selalu menempel di dirimu. Seakan-akan kesejukan bagi orang-orang yg benar sudah dipasrahkan".
Selanjutnya Jarir berkata.“Pada sa'at itu Beliau Baginda Nabi Muhammad langsung memegangi ujung baju pada leher anak itu,seraya berkata:
"Engkau dan hartamu milik ayahmu!
(Hr.Imam At-Thabari)
Editor : Hadi Widodo
Artikel Terkait