DISRUPSI yang terjadi di berbagai bidang, pasca revolusi teknologi informasi sepertinya akan merambah bidang lain, tidak hanya dari sektor bisnis dan perilaku perdagangan, namun juga pendidikan.
Istilah disrupsi digunakan untuk menandai perubahan massif yang terjadi akibat revolusi teknologi yang memunculkan tatanan baru, pemain baru, yang kemudian menenggelamkan sistem lama dan pemain lama.
Disrupsi juga memunculkan cara main baru yang dinilai lebih efisian yang kemudian menyebabkan tenggelamnya pemain lama yang tak bisa mengikuti tuntutan konsumen/masyarakat di era digital.
Di Indonesia, fenomena disrupsi sudah dirasakan di beberapa bidang seperti transportasi, perdagangan retail, dan keuangan.Di bidang transportasi muncul perusahaan aplikasi Gojek yang mendisrupsi bisnis transportasi di tanah air. Dibawah pimpinan Nadiem Makarim yang sekarang menjadi Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Pendidikan Tinggi (MendikbudRistekDikti), Gojek memiliki jutaan driver ojek. Padahal Gojek tak mengeluarkan biaya untuk pengadaan jutaan motor.Sebab Gojek hanya bekerjasama dengan mitra driver yang diwajibkan punya motor sendiri.
Melalui bantuan aplikasi, masyarakat bisa dengan mudah memesan layanan transportasi dimanapun dan bisa membatalkan kapan saja. Selain itu masyarakat juga bisa memberikan penilaian baik atau buruk lewat review bintang jika merasa puas atau dikecewakan.
Gojek yang kemudian menjadi Unicorn dan sekarang menjadi Decacorn dengan valuasi atau nilai bisnis Milyaran Dollar itu telah memberikan solusi atas masalah transportasi selama ini yaitu kemudahan, kenyamanan sekaligus kontrol kualitas. Gojek di satu sisi menenggelamkan dan meruntuhkan bisnis transportasi sebelumnya seperti ojek pangkalan, taxi dan travel.
Disrupsi di Indonesia juga terjadi di bidang retail dengan menjamurnya online shop seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak, Blibli dan lainnya, serta bidang pembayaran dengan munculnya fintech (financial technology) seperti gopay, dana, ovo, shopeepay, dan lain sebagainya. Dampaknya banyak mall yang gulung tikar.
Ancaman disrupsi juga akan merambah ke bidang lainnya termasuk pendidikan. Apalagi serangan pandemi Covid 19 dua tahun, suka atau tidak suka akan mempercepat proses disrupsi.
Jika melihat pola disrupsi di bidang lain, salah satu keywords yang akan menjadi goal perubahan adalah efesiensi, baik efesiensi tempat, biaya, maupun waktu.Tidak menutup kemungkinan nanti akan muncul aplikasi yang lebih efisien dalam memberikan layanan pendidikan. Saat ini sudah ada Ruang Guru, bimbingan belajar online yang sudah mendisrupsi lembaga kursus dan bimbel konvensional. Tak menutup kemungkinan aplikasi sejenis itu akan berkembang dan mengancam eksistensi sekolah.
Editor : Muhammad Burhan