Dalam mitologi Jawa, awan yang dalam bahasa Jawa Kuna disebut pula sekar anglangit merupakan nama lain dari seekor gajah peliharaan Dewa Indra. Namanya, Irawata. Irawata memiliki peran yang sangat besar bagi keseimbangan alam. Sehingga, ia lantas dinobatkan pula sebagai dewa yang tugasnya menurunkan hujan. Oleh sebab itu, Irawata menjadi tokoh penting, karena memberi kehidupan di bumi.
“Jadi ini penting, ṭika ini disejajarkan dengan mega yang sebenarnya adalah Irawata. Ini antara kosmologi dan mitologi akan lekat menjadi satu di sana. Ini cukup sulit dipahami apabila kita tidak terbiasa memahami tentang mitologi Jawa,” ungkap Manu.
Jika demikian, kata Manu, ada dua pengertian yang dapat digunakan untuk memaknai kata ṭika. Pertama, ṭika sebagai bahan keras yang berupa bunga pandan (pudhak). Kedua, rentangan kain putih yang diupamakan sebagai mega/awan. Seperti yang dijumpai dalam penggalan teks srining panggelaran tika sadawata ning rem kasenvan ravi. Romo Manu juga menerangkan, fenomena alam tertutupnya permukaan bumi oleh awan/mega itu mirip dengan teknik yang digunakan untuk membatik, yaitu teknik rintang.
Meski demikian, Romo Manu menyebutkan, penelusuran istilah batik yang dilakukannya dengan memanfaatkan teks-teks Jawa Kuna masih terus dilakukan. Bahkan, semakin ditelusur, banyak fakta-fakta menarik lainnya.
Editor : Ribut Achwandi